Liputan6.com, Jakarta Selama ini, masalah kesehatan jiwa dan mental di Indonesia dianggap tidak terlalu penting. Padahal, seharusnya hal ini sama pentingnya dengan kesehatan raga.
“Ini bukan lagi hanya dinomorduakan. Menurut saya ini (kesehatan jiwa) sudah paling belakang,” kata psikoterapis Yusa Azis pada Health Liputan6.com.
Yusa mengatakan, orang Indonesia cenderung lebih terfokus kepada hal-hal yang bersifat material. Mulai dari mencukupi kehidupan sehari-hari sampai yang bersifat intelektualitas.
“Akibatnya jiwa menjadi terbelakang,” tambah pendiri Sanggar Jiwa Bertumbuh ini saat ditemui usai konferensi pers Happiness Festival 2019 di Sudirman, Jakarta, ditulis Minggu (28/4/2019).
Masalah ini tidak lepas dari kurangnya edukasi dan kesadaran akan jiwa di masyarakat Indonesia. Yusa mengatakan, dalam tubuh manusia, ada jiwa, intelektualitas, dan tubuh.
Tidak Lepas dari Sejarah
Sejarah bangsa Indonesia yang dijajah oleh bangsa lain dalam waktu yang lama dan hidup dalam kemiskinan, membuat masyarakat dianggap lebih fokus untuk mencari materi.
“Padahal tanpa sadar, jiwa itu sendiri yang menggerakkan kita untuk bisa survive, untuk mencari bahkan menciptakan materi.” :: LIPUTAN6 | 28/04/2019