Media, Pengabdian

Kiat Alun Alun Indonesia Bertahan

CEO Alun Alun Indonesia Pincky Sudarman (kiri), mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari E. Pangestu (paling kanan), dan Pendiri Alun Alun Indonesia Cherie Nursalim (kedua dari kanan) menganugerahkan penghargaan kepada Batik Parang Kencana di peringatan 10 Tahun Alun Alun Indonesia, Grand Indonesia, 30 Oktober 2017, Jakarta. (Antara)

Herning Banirestu | October 31, 2017

SWA.CO.ID – Menjelang akhir Oktober, industri ritel kembali berduka. PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) mengumumkan penutupan gerai Lotus di Thamrin dan Cibubur. Di sisi lain MAP merayakan 10 tahun keberadaan Alun Alun Indonesia, yang memasuki usia 10 tahun pada 30 Oktober. Alun-alun Indonesia berhasil membangun brand sebagai gerai produk kreatif terlengkap dan beragam produk khas Indonesia. Walau tidak diungkap deatil angkanya, kinerja Alun Alun Indonesia disebut stabil, bisa terus eksis dan bersaing dalam era belanja online. Kehadiran Alun Alun Indonesia tidak terlepas dari upaya mewujudkan visi sang founder, Itjih Nursalim, bahwa potensi industri kreatif Indonesia begitu kaya dan bernilai tinggi dan perlu dihadirkan dalam konsep baru.

Berada di bawah group ritel PT Panen Lestari Internusa yang berada di bawah MAP dan berlokasi di lantai 3 Grand Indonesia, gerai ini dirancang bukan sekadar untuk belanja, tapi juga memberikan pengalaman yang berharga, belajar dan bernostalgia hal-hal tradisional dari budaya dan kuliner Indonesia. Menjadikan pengalaman pengunjung sebagai daya tarik adalah salah satu ciri khas Alun Alun Indonesia.

Founder bercita-cita, Alun Alun Indonesia bisa menjadi contoh kontribusi swasta yang nyata untuk industri kreatif Indonesia – dari Indonesia untuk Indonesia. Sesuai namanya, Alun Alun, gerai ini dikembangkan untuk menjadi pusat kegiatan kreatif yang berada di tengah kota dan menjadi “jendela” Indonesia untuk dapat mengalami (experience) yang terbaik dari produk kreatif Indonesia.

“Karena itulah, dalam pengembangannya kami selalu bersama-sama dengan berbagai komunitas orang kreatif dan mendukung kebijakan pemerintah untuk mendorong perkembangan ekonomi kreatif,” kata Handaka Santosa, Managing Director, PT Panen Lestari Internusa dan komisaris PT MAP, di perayaan Ulang Tahun ke 10 Alun Alun Indonesia Senin (30/10), di Grand Indonesia, Jakarta.

Untuk menjaga citra produk kreatif Indonesia, Alun Alun melakukan seleksi ketat kepada setiap vendor. Mereka dipilih melalui suatu proses kurasi, bimbingan perihal mutu, desain dan display. Pilihan produk berdasarkan prinsip berbasis tradisional dengan jiwa kontemporer, dan semboyan yang digunakan di Alun Alun Indonesia adalah “Inspiring Innovations” – menginspirasi inovasi. CEO PT Alun Alun Indonesia Pincky Sudarman mengakui, sebagai konsep baru, tidak mudah untuk membangun Alun Alun Indonesia.

Dukungan pendiri sangat membantu dalam mengatasi berbagai kendala sehingga kinerja gerai kini bisa stabil. “Boleh dikatakan, Alun Alun ini adalah konsep baru dalam gerai produk kreatif, yang masih perlu pembuktian pada periode awal. Karena itu dukungan founder menjadi kata kunci. Setelah “proof of concept” atau konsep yang bisa dikembangkan, pada akhirnya gerai bisa beroperasi secara berkelanjutan,” kata Pincky.

Untuk mewujudkan diri sebagai panggung ekonomi kreatif dan tempat belajar mengapresiasi warisan budaya Indonesia yang begitu kaya, secara berkala Alun Alun Inonesia menyelenggarakan berbagai kegiatan berupa pameran produk kreatif baru, melakukan icip-icip dari berbagai produk kuliner dari yang tradisional sampai dengan yang baru, dan pameran yang bercerita mengenai warisan budaya Indonesia. Sejumlah pertunjukkan digelar dari yang tradisional sampai dengan yang kontemporer.

Daya tarik lain dari Alun Alun adalah kuliner Indonesia yang disajikan dengan keberadaan dua tempat kuliner – Warung Kopi yang menyediakan makanan-makanan a la warung kopi dan Palalada yang merupakan restoran dengan menu yang berbasis tradisional tetapi disajikan secara kontemporer.

Tidak hanya tercatat sebagai gerai terlengkap, Alun Alun Indonesia juga telah menjadi salah satu distinasi wisatawan manca negara untuk melihat keragaman produk budaya Indonesia. Bahkan, gerai ini telah mendapat kunjungan stamu-tamu penting seperti Ibu Negara Indonesia, Ibu Negara dan tamu internasional penting lainnya, dari berbagai negara termasuk Tiongkok, Singapura dan Portugal, telah melakukan kunjungan dan menyelengarakan even perkenalan Indonesia di Alun Alun.

Jumlah vendor yang semuanya kategori UKM, meningkat rata-rata lebih dari lima kali lipat dalam 10 tahun, dari 82 vendor di 2007 menjadi 540 vendor saat ini. Fashion designer misalnya, pada 2007 baru 7 vendor, kini jumlahnya sudah 85 vendor. Fesyen anak muda dari 44 vendor, kini sudah 112 vendor. Musik yang dulu hanya satu vendor, kini 33 vendor, cendera mata dari 24 vendor menjadi 52 vendor dan oleh oleh makanan dari 44 menjadi 83 vendor. Belum lagi untuk produk kreatif lainnya yang juga meningkat pesat.

Dalam rangka ulang tahun, Alun Alun Indonesia akan memberikan penghargaan kepada 10 vendor terbaik yang konsisten mendukung Alun Alun dan telah menunjukan prestasi yang membanggakan, serta 1 penerima penghargaan khusus, fesyen batik, Parang Kencana.

“Saya mengapresiasi keberadaan Alun Alun Indonesia, gerai ini bisa bertahan  di era disrupsi  digital karena Alun Alun Indonesia bukan sekadar tempat belanja ritel,” kata Mari Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang hadir dalam perayaan ultah ke-10 Alun Alun Indonesia.

Menurutnya, Alun-Alun adalah panggung dan tempat kreativitas dan warisan budaya Indonesia dapat di apresiasi dan bisa berkembang, tempat bertemu dan berkumpul di rumah Indonesia di tengah kota – dari Indonesia untuk Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

Kiat Alun Alun Indonesia Bertahan